Langsung ke konten utama

Surat-surat ku

Bagiku...

Bercerita secara gamblang dengan seseorang adalah suatu tindakan yang tidak pernah bisa aku lakukan dengan baik. Sampai titik ini, di usia ku 21 tahun, aku masih memilih untuk menyimpan semua setiap kalimat-kalimat rindu, kalimat-kalimat marah, pesan-pesan singkat dihati ku. Bercerita suatu seni yang masih belum bisa aku pelajari secara utuh.Rasanya bercerita itu berat jika dilakukan secara tatap muka. Melihat manik matanya, atau raut wajah, responnya, terkadang membuat ku tidak percaya membeberkan semua isi hati ku.

Surat-surat ku adalah sebuah cerita dari hati ku untuk orang-orang yang kusayang yang tidak pernah aku sampaikan kata-kata ku pada mereka. Bukan karena tak ada waktu, tapi karena aku tak berani. Bagi ku cara yang terbaik adalah menyampaikan dari surat-surat ini. Mungkin tak akan menuliskan nama mereka di surat ku, tapi aku percaya mereka akan tau bawah surat ini untuk mereka.

Maafkan, karena tidak pernah bisa menjadi orang yang mempercayakan kisah hidup pada kalian. Bukan karena tidak percaya, tapi karena aku tidak berani untuk bercerita. Semoga dengan surat ini, apa yang pernah kalian tanyakan, bisa terjawab. Terima kasih.


Fika...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Slice of Story

            Halaman Pertama "Dari DIRA" Aku jadi tau Bagaimana mengatur perasaan ku setelah bertemu dengan mu Belajar dari realita ternyata menyakitkan, tapi ujungnya baik J Aku telah sampai pada kata "memahami" Kemudian ikhlas, dan aku telah membaik :) Benar ternyata... Arti dari cerita akan tersampaikan jika kita tiba pada ending nya Dan arti dari hadir seseorang akan tersampaikan Setelah dia berakhir di hidup kita. Ada dengan akhir baik, dan ada juga dengan akhir tak sesuai harapan   Kamu... Seperti mata pelajaran yang membekas di hati ku Terpatri kuat pada isi kepala ku Aku kemudian menulis banyak arti dari "kita" Dan semua tertuang pada lembaran buku ini Jika kau membuka halaman pertama, kau bahagia Halaman Kedua, masih tentang bahagia Ketiga, masih kuceritakan aku bahagia. Ketika sampai pada halaman akhir, kusampaikan kata maaf Jika tissue mu habis karena terlalu sibuk menangisi kisah ku Semoga segera sembuh
  Perjalanan Lain                   Sejauh apapun kaki kita melangkah pergi, tetap saja yang paling dirindukan adalah pulang. Pulang                 Terakhir sekali, aku menyelesaikan perbincangan dengan Ibu namun meninggalkan salah paham yang mendalam. Kalimat terakhir ibu ingin aku celah, tapi aku cukup mampu mengelolah emosiku sehingga tidak ada bantahan meski kalimatnya tidak benar. Ibu bilang aku tidak taat, tidak pernah mendengar kata-katanya, jika saja aku mendengar kata-katanya tidak mungkin aku menjalani kehidupan sesulit ini.                 Padahal, bagiku, kehidupanku tidak sulit. Aku bertumbuh dengan baik, segala gesekan-gesekan yang terasa sulit aku telah menjalaninya, hanya aku yang memahami arti air mataku, dan sebisa mungkin aku membagi semua kebahagiaku dengan orang-orang. Namun menurut ibu pilihan hidup ku sulit. Ketika aku mempertanyakan apakah kelak aku akan menikah atau tidak? Itu seperti situasi tersulit dalam hidupku dalam bayangan ibu. Ibu salah paham p